Tentu tidaklah mudah ketika seorang wanita sudah berumah tangga apalagi sudah memiliki ekor lebih dari satu untuk menjalankan hobby atau passionnya. Pasti memerlukan effort yang luar biasa di tengah rutinitas sebagai seorang ibu rumah tangga. Karena harus membagi waktu dengan mengurus pekerjaan rumah, mengurus anak, dan tentu saja bayi besar alias suami. Terkadang kita harus menunggu seisi rumah tidur untuk bisa menyempatkan diri berduaan dengan laptop. Mungkin begitu juga dengan Mba Diah Mumpuni, momblogger asal Jember yang akan aku bahas kali di sesi "Inspirasi". Beliau juga telah menerbitkan beberapa buku Antologi.
Mba Diah Mumpuni , tokoh "Inspirasi" kali ini |
Mba Diah Mumpuni lahir dan tumbuh di pinggiran kota Jember, yaitu Banywangi. Begitu lulus SMA, beliau hijrah ke kota Yogyakarta (ini kota impian aku loh btw) untuk melanjutkan kuliah. Melanjutkan kuliah di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil , membuatnya harus berurusan dengan banyak angka dan gambar-gambar. Namun, hal tersebut justru bukannya menyurutkan semangat beliau untuk tetap aktif menulis. Karena baginya hobi menulisnya bagaikan permen karet yang melekat di baju...bikin lengket..😁 Jadi disela-sela kegiatan kampus yang super padat, beliau habiskan waktu di kamar kost untuk menulis.
Beliau juga semasa kuliah bergaung dengan komunitas Penpal yang anggotanya orang-orang dari berbagai penjuru dunia, saling bertukar email antar anggota penpal. Bahkan sewaktu kuliah mba Diah pernah memenangkan lomba membuat surat cinta yang diadakan oleh radio Q FM Yogyakarta. Kecintaan momblogger dengan dua anak ini terhadap menulis tidak hadir begitu saja. Beliau memang menyukai dunia literasi semenjak kecil. Dari mencoret-coret kertas origami hingga beberapa karya cerpen ketika remaja sudah beliau lakukan.
Namun kegiatan menulisnya sempat tersendat setelah lulus kuliah, mulai bekerja, hingga menikah dan memiliki 2 orang anak. Meski begitu beliau tetap banyak membaca buku karena kecintaannya kepada dunia literasi. Kesibukan peran sebagai working mom dan sibuknya mengurus 2 orang anak di rumah membuatnya tidak memiliki waktu untuk menulis. Hingga akhirnya mba Diah memutuskan untuk resign dari tempatnya bekerja. Beliau di pertemukan dengan The Jannah Institute asuhan Mba Prita HW. Dan melalui komunitas inilah mba Diah mulai rutis kembali menulis bahkan menelurkan beberapa buku antologi.
1. Masa Lalu, Terima Kasih Atas Semuanya (Non Fiksi, Antologi, 2019)
2. Memoar dan Memar (Non Fiksi, Antologi, 2020)
3. Lika-liku Profesi (Non Fiksi, Antologi, 2020)
4. Tumbuh Setelah Patah (Fiksi-Prosais, Antologi, 2021)
Salah satu buku antologi yang saya baca adalah "Masa Lalu, Terima Kasih Atas Semuanya" .
Source : IG @dee_afr |
Petikan quotes dari buku tersebut :
Source : IG @dee_afr |
Dari Mba Diah saya belajar bahwa tidak ada terlambat untuk memulai. Meskipun sudah memiliki anak dua dan dengan segudang aktifitas tapi kita tetap bisa melakukan passion kita dengan niat dan tekad. Untuk yang mau berkenalan lebih dekat dengan Mba Diah Mumpuni bisa langsung main ke blognya di http://www.diahmumpuni.com/ atau ke instagramnya di https://www.instagram.com/dee_afr/ . Semoga saya pun bisa tetap istiqomah dalam menulis dan berkarya positif dan bermanfaat. Aamiin.
Amiiin yarobbal alamin. Luar biasa ya. Nyari momentum malam hari berduaan dengan laptop, itu bisa tidur berapa jam ya kira-kira hehehe. Terimakasih kisah inspirasinya mbak, semoga dapat menelurkan kisah-kisah inspirasi selanjutnya. Semangat Literasi!
BalasHapusAku pun mba, berusaha membuat passion tetap ada nyawanya diantara kesibukan domestik itu susah dan seneng. Susah bagi waktu, tapi juga seneng karena tau passionku masih terus hidup
BalasHapusMa sya Allah tercapai sudah kayaknya harapan orang tuanya mbak Diah ini, seperti namanya: Mumpuni. Tapi omong-omong Banyuwangi itu nama kota tersendiri, bukan pinggiran kota Jember. Jember dan Banyuwangi adalah dua kabupaten yang berbeda. 🙏
BalasHapusterima kasih tulisannya, mbak. wah saya mesti sering-sering mampir dan baca yang beginian deh kayaknya, biar semangat nulis kembali. jadi berasa ada kawan perjuangan gitu
BalasHapusAku merasakan bagaimana passion menulis itu bikin seneng dan bahagia. Tapi niat dan tekadnya itu kadang yang kendor, harus dipaksakan memang biar terasah terus passionnya
BalasHapusIya asal ada niat untuk memulai, nggak ada tuh halangan yang namanya usia. Pasti bisa jika ada niat dan berusaha keras ya..
BalasHapusmabak, saya mampir dan komen lagi deh. lupa kemarin sudah komen di sini atau belum. soalnya belum belum komentar saya, hehe maap absurd
BalasHapusSangat menginsprirasi sekali, beliau saja yang sudah punya dua anak masih tetap bisa menghasilkan karya.Nah, aku? Hahaha
BalasHapusSangat menginsprirasi sekali, beliau saja yang sudah punya dua anak masih tetap bisa menghasilkan karya.Nah, aku? Hahaha
BalasHapusWaaaa...... inspiratif banget, otewe kepoin blognya mbak Diah juga deh, hihih
BalasHapuskereen mba, sudah banyak antologinya, masih semangat mba, jadi terinspirasi juga...makasih sudah menyemangati daku yg masih newbiew juga hehehhe
BalasHapussangat menginspirasi mba, keren dan karyanya juga udah banyak
BalasHapusHobby menulis setelaah menikah memang memiliki tantangannya sendiri menurutku. Aku beberapa kali gagal membangun niatku untuk menulis karena sudah lelah seharian dgn urusan rumah tangga.
BalasHapusyapi begitu mood itu tumbuh, harusbsegera di realisasikan agarbtak cepat hilang
Amiin, semoga ketularan semangatnya mbak Diah ya
BalasHapusSaya sendiri sudah mengakui bahwa menjadi seorang ibu yang mempunyai anak, apalagi anak-anak, tidak mudah.
BalasHapusbahkan seorang laki-laki terkuat pun kalau mengurus dan betah di rumah, maka tak akan mampu.
bagaimana pun kisah bu Diyah itu sangat menggetarkan jiwa.
Semoga istiqomah untuk beliau.
Wah menarik banget ceritanya.. setuju banget, tidak ada kata terlambat dalam memulai atau mengejar impian.. pasti ada jalannya kalau sudah diniati... terima kasih sudah berbagi mbak Ros
BalasHapus